Detail Cantuman

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah
sebagai ketentuan mengenai penghargaan terhadap kehidupan anak. Adapun
pokok permasalahan yang akan penulis bahas, yaitu bagaimanakah
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman (Studi Kasus Putusan
nomor:887/Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM) dan bagaimanakah perlindungan
hukum terhadap korban anak dalam tindak pidana perkosaan (Studi Kasus
putusan nomor: 887/Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM). Kasus perkosaan terhadap
anak dibawah umur yang dilakukan oleh terdakwa adalah perbuatan yang
dilarang dalam pasal 81 ayat 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan
metode penelitian yurudis normative, sifat penelitian deskriptif analis, dalam
pengumpulan data penulis menggunakan data skunder. Setelah melakukan
penelitian terhadap putusan ini didapatkan hasil kesimpulan dengan
menggunakan pola pikir deduktif bahwa dari bukti-bukti dan fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan melawan
hukum bersalah karena perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku telah
memenuhi unsur tindak pidana dalam pasal 81 ayat 1 Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo pasal 64 ayat 1 KUHP dan hakim
dalam memutuskan perkara mempertimbangkan juga dampak bagi korban
karena korban adalah seorang anak yang belum waktunnya untuk disetubuhi
dan masih dibawah umur yang dapat dibujuk serta tidak mampu melakukan
perlawanan saat dia dibawah paksaan dan korban mendapatkan hak
perlindungan rehabilitas, perlindungan identitas, jaminan keselamatan dan
pemberian aksibilitas. Saran Upaya perlindungan terhadap anak perllu secara
terus menerus ditingkatkan demi tetap terpeliharanya kesejahteraan anak