Detail Cantuman

ABSTRAK
Silat Pukul Betawi sebagai warisan budaya tak benda mulai terabaikan
karena kalah populer dibandingkan seni bela diri asing seperti karate, taekwondo,
dan muaythai, yang lebih diminati masyarakat. Hal tersebut menjadi permasalahan,
karena jika dibiarkan seni bela diri silat Pukul Betawi bisa terancam punah. Kondisi
ini menjadi perhatian serius bagi Sanggar Ulil Albab, yang terus berupaya untuk
menghidupkan kebudayaan silat Pukul Betawi melalui berbagai upaya pelestarian.
Sanggar Ulil Albab, sebagai salah satu komunitas seni dan budaya yang ada di Poris
Gaga kota Tangerang, merupakan salah satu sanggar yang saat ini masih terlibat
secara aktif dalam bidang kebudayaan di kota Tangerang. Sanggar Ulil Albab terus
konsisten untuk tetap melestarikan kebudayaan Betawi dengan berbagai upaya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus.
Teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme dari Bronislaw Malinowski, dan
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana upaya Sanggar Ulil Albab dalam melestarikan kebudayaan silat pukul
Betawi, dan apa saja hambatan yang mereka alami. Penelitian ini menunjukkan
bahwa Sanggar Ulil Albab telah berupaya melestarikan silat Pukul Betawi melalui
pengajaran budaya, partisipasi dalam event kebudayaan, sosialisasi, hingga melalui
sosial media. Pemenuhan kebutuhan biologis, instrumental, dan integratif telah
memungkinkan Sanggar Ulil Albab untuk terus melestarikan budayanya hingga
kini, karena fungsi yang tetap relevan dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya atau pendukung budaya tersebut