Detail Cantuman

Praktek komersialisasi pendidikan Islam merupakan hal yang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam klasik. Karena dalam prinsip dakwah Islam (penyebaran
ilmu Islam) bahwa pemasangan tariff sebagai syarat dilaksanakannya transfer
ilmu atau nilai-nilai Islam kepada peserta didik atau penuntut ilmu merupakan
perbuatan yang tercela karena dianggap seperti menjual ayat-ayat Allah dengan
harga yang murah. Pada era globalisasi komersialisasi pendidikan Islam di
Indonesia sudah sejak lama menjamur ke seluruh pelosok daerah, sehingga
praktek ini dianggap tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Pada era globalisasi lembaga pendidikan Islam harus mengikuti
perkembangan zaman atau kemajuan IPTEK. Hal ini dimaksudkan agar dapat
membentuk generasi muslim yang paripurna serta kuat secara IPTEK, sehingga
tidak ditindas oleh bangsa asing. Situasi saat ini untuk mendapatkan pendidikan
Islam yang bermutu atau sesuai perkembangan zaman itu umumnya terdapat di
lembaga-lembaga pendidikan Islam elit atau lembaga yang memiliki nilai
komersil tinggi. Dengan demikian kegiatan komersialisasi pendidikan Islam
tersebut juga memiliki manfaat yang besar bagi kemajuan generasi bangsa. Oleh
karena penelitian ini akan mencari tahu bagaimana pandangan dari nilai-nilai
Islam kontemporer serta solusinya terhadap komersialisasi pendidikan Islam di
Indonesia.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library
research),yaitu penelitian yang menggunakan literature kepustakaan yang objek
penelitiannya dicari dengan beragam informasi kepustakaan (buku, jurnal,
dokumen, al-Qur’an, al-Hadits) dan lain sebagainya. Adapun langkah dalam
pengolahan data yang digunakan yaitu analisis deskripsi.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa, komersialisasi pendidikan
diperbolehkan dilakukan oleh umat muslim, asalkan tidak memasukkan atau
mencantumkan ilmu-ilmu syar’i kedalam program akademik atau ekstrakurikuler
yang telah disepakati bersama sebagai dasar diberlakukannya penarikan
pembiayaan oleh pihak sekolah terhadap para peserta didik atau orangtua peserta
didik. Maksudnya, membisniskan pendidikan pada suatu lembaga Islam dengan
syarat tidak memasukan atau mencantumkan pengajaran ilmu agama dalam
kesepakatan pembiayaan atau tarif tersebut. Jadi hanya pengajaran ilmu non-syar’i
(ilmu umum) yang hanya boleh dijadikan sebab untuk memungut atau menarik
biaya kepada para peserta didik.